Sering kita merasa lelah dalam ber
Doa, rasanya apa yang kita pinta tak
kunjung dikabulkan. Sebenarnya di dalam Qur’an, Allah sudah menjanjikan bahwa
setiap
Doa akan dikabulkan. Hanya saja kita tidak tahu, dalam bentuk apa wujud
terbaik dari terkabul nya
Doa kita, dan juga kapan
Doa itu dikabulkan.
Dalam hal ini ada kisah menarik; kisah Tsa’labah. Dia seorang miskin yang minta
kepada Rasulullah saw untuk di
Doakan agar menjadi kaya (di sini ada pelajaran
bahwa minta di
Doakan orang lain adalah boleh, juga bahwa bisa jadi
Doa
sekelompok orang lebih makbul karena suatu kondisi istimewa tertentu).
Rasulullah sempat menolak dua kali. Karena Tsa’labah terus mendesak, akhirnya
pada permintaan ke tiga dia di
Doakan. Bukan Rasulullah yang menjadikan
Tsa’labah kaya, tapi beliau hanya turut men
Doakan. Alkisah, ternak kambing
Tsa’labah mendadak berkembang biak dengan sangat cepat (pelajaran berikutnya:
uang tidak turun dari langit, jadi tetap ada usaha, dalam hal ini Tsa’labah
punya bibit modal kaya yaitu ternak kambing). Tsa’labah kemudian menjadi kaya.
Saking banyaknya ternak dia, maka dia menggembala hingga keluar kota. Akibatnya
dia sering terlambat shalat Jum’at, bahkan akhirnya tidak shalat Jum’at.
Kisah Tsa’labah berakhir menyedihkan. Dimulai saat Tsa’labah tidak membayar
zakat, yang menyebabkan Rasulullah tidak mau menemui Tsa’labah hingga wafatnya
Rasulullah. Kemudian Abu Bakar dan Umar sebagai khalifah berikutnya juga tidak
mau menerima zakat dari Tsa’labah. Akhirnya Tsa’labah mati merana di masa Umar.
kisah tersebut nyata telah terjadi di masa lampau. Bukan kisah fiktif, bukan
dongeng, namun benar-benar kisah nyata. Masih banyak kisah lain yang memberikan
berbagai contoh tentang bagaimana
Doa, wujud terkabulnya
Doa, dan baik buruk
suatu permintaan.
Kalau merasa do’a tak kunjung terkabul, sudah berapa lamakah Anda berdo’a? Sudah
17 tahunkah?
Tetapi, ada sebagian dari kita, yang merasa bahwa
Doa yang dia panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, kok tidak pernah dikabulkan. Padahal mereka ini selalu
ber
Doa di setiap langkah kehidupannya.
Pasti di setiap
Doa kita, selalu meminta kepada Allah; rejeki yang melimpah,
agar kita bisa hidup enak dan bahagia. Dan, ternyata itu tidak pernah terjadi.
Mengapa? Masih banyak orang yang merasa, bahwa betapa sulitnya mereka mencari
rezki untuk kehidupannya sendiri. Sangat banyak di antara kita, yang kebingungan
mencari cara untuk memperoleh rezki. Bekerja dengan sangat keras, semata-mata
untuk mendapatkan uang dalam jumlah banyak, tetapi tetap saja hanya memperoleh
sangat sedikit, atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali.
Allah Pasti Mengabulkan
Doa Setiap Orang
Allah berfirman dalam al-Qur’an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan
mengabulkan permohonan orang-orang yang ber
Doa kepada-Nya
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang ber
Doa apabila ia ber
Doa kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)
Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat ber
Doa kepada Allah mengenai
apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan
Doa-
Doanya. Misalnya,
seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan
berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui
bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, lalu ia pun ber
Doa kepada-Nya
memohon kesembuhan.
Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat ber
Doa kepada
Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk
menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat ber
Doa kepada Allah untuk memohon
berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan
kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama
orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah,
untuk kesehatan, dan sebagainya.
Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلىَ مَا يُنْجِيْكُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَيُدْرِ لَكُمْ
أَرْزَاقَكُمْ ؟ تَدْعُوْنَ اللهَ فِي لَيْلِكُمْ وَنَهَارِكُمْ ، فَإِنَّ
الدُّعَاءَ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ
“Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari
kejahatan musuh dan agar rezkimu bertambah?” Mereka berkata, “Tentu saja wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena ‘
Doa’ itu
merupakan senjata bagi orang yang beriman.”
Ketika
Doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia ini,
mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar
Doa mereka. Sesungguhnya hal ini
merupakan keyakinan orang-orang bodoh, karena
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami (Allah) itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.”
(Qaf: 16).
Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang dipikirkan,
dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur,
Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah adalah Yang menciptakan
segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang ber
Doa kepada Allah, ia
harus menyadari bahwa Allah akan menerima
Doanya pada saat yang paling tepat dan
akan memberikan apa yang terbaik baginya.
Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang
sangat berharga bagi manusia, karena melalui
Doa, Allah akan memberikan kepada
manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Allah
menyatakan pentingnya
Doa dalam sebuah ayat:
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ
يَكُونُ لِزَامًا
“Katakanlah: ‘Tuhanku tidak mengindahkan kamu, andaikan tidak karena
Doamu.
Tetapi kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab pasti akan
menimpamu’.” (Al-Furqan: 77)
Allah Mengabulkan
Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam Kesulitan
Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan.
Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika
seseorang ber
Doa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya
di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya
kecuali Allah. Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam ber
Doa tergantung pada
sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya, setiap orang ber
Doa kepada Allah
untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di
tengah-tengah medan perang akan ber
Doa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah
diri di hadapan Allah.
Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat
terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan
berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam ber
Doa. Allah
menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat:
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ
تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ
الشَّاكِرِينَ
“Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di
laut, yang kamu ber
Doa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut:
‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami
menjadi orang-orang yang bersyukur’.” (Al-An’am: 63)
Di dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia agar ber
Doa dengan merendahkan
diri:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Ber
Doalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A’raf:
55)
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan
Doa orang-orang yang
teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:
أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ
خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
“Atau siapakah yang mengabulkan (
Doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia
ber
Doa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali
kamu yang memperhatikannya.” (An-Naml: 62).
Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika ber
Doa kepada
Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami maknanya
sehingga mereka ber
Doa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian, ketika
seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan
keikhlasan yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan
sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan
kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun
mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang
membedakan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya lemah.
Tidak Ada Pembatasan Apa pun dalam Ber
Doa
Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena
sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan
pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, Dia dapat memberikan
kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada
Allah dan ber
Doa kepada-Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berkuasa melakukan
apa saja dan bersungguh-sungguhlah dalam ber
Doa sebagaimana disabdakan oleh Nabi
saw.
Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja,
dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalamnya
terdapat kebaikan bagi orang itu dalam
Doa tersebut.
Doa-
Doa para nabi dan
orang-orang beriman yang disebutkan dalam al-Qur’an merupakan contoh bagi
orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah.
Misalnya, Nabi Zakaria a.s. ber
Doa kepada Allah agar diberi keturunan yang
diridhai, dan Allah pun mengabulkan
Doanya, meskipun istrinya mandul:
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا . قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ
مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا.
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ
لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا . يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آَلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ
رَبِّ رَضِيًّا
“Yaitu ketika ia ber
Doa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata:
‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban,
dan aku belum pernah kecewa dalam ber
Doa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya
aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang
mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku
dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang
yang diridhai’.” (Maryam: 3-6).
Maka Allah mengabulkan
Doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya berita gembira
tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah menerima berita gembira tentang seorang anak
laki-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istrinya mandul. Jawaban Allah
kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu
dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman:
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ
بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا . قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ
هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا
“Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku
adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat
tua.’ Tuhan berfirman, ‘Demikianlah.’ Tuhan berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku,
dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada
sama sekali’.” (Maryam: 8-9)
Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam al-Qur’an yang
Doa-
Doa mereka
dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab
kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk
membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari
Doanya, Allah
menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.
Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ
الرَّاحِمِينَ
” Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang.” (Al-Anbiya’: 83).
Sebagai jawaban terhadap
Doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآَتَيْنَاهُ أَهْلَهُ
وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
“Maka Kami pun mengabulkan
Doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang
menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (Al-Anbiya’: 84).
Allah mengabulkan Nabi Sulaiman a.s. yang ber
Doa:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي
إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak
dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (
Shad: 35).
Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak
kepadanya.
Oleh karena itu, orang-orang yang ber
Doa hendaknya mencamkan dalam hati ayat
ini:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya, ‘Jadilah.’ Maka terjadilah ia. (Yasin: 82)
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan
Dia Mendengar dan Mengetahui setiap
Doa. Allah Memberi Karunia di Dunia ini bagi
Orang-orang yang Menginginkannya, Tetapi di Akhirat Mereka akan Menderita
Kerugian. Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya,
dan imannya sangat lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan
keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah untuk
kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang hanya
menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat. Tetapi bagi
orang-orang yang beriman, mereka ber
Doa memohon dunia dan akhirat karena mereka
percaya bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan
kehidupan dunia ini. Tentang masalah ini, Allah menyatakan sebagai berikut:
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي
الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ. وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Di antara manusia ada orang yang ber
Doa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia,’ dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara
mereka ada orang yang ber
Doa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.’ Mereka itulah
orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat
cepat perhitungan-Nya”. (Al-Baqarah: 200-201).
Orang-orang yang beriman juga ber
Doa memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan
kebahagiaan. Akan tetapi, semua
Doa mereka adalah untuk mencari keridhaan Allah
dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon kekayaan misalnya,
adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan dengan masalah ini, Allah
memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam al-Qur’an. Jauh dari keinginan
untuk memperoleh dunia,
Doa Nabi Sulaiman untuk meminta kekayaan adalah demi
tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama
Allah, dan agar dirinya sibuk berdzikir kepada Allah. Kata-kata Nabi Sulaiman
sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur’an menunjukkan niatnya yang ikhlas:
إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ
بِالْحِجَابِ
“Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena ingat
kepada Tuhanku.” Shad: 32).
Maka Allah mengabulkan
Doa Nabi Sulaiman a.s. tersebut dengan mengaruniakan
kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan memperoleh pahala di
akhirat. Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan orang-orang yang hanya
menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih menunggu mereka di akhirat.
Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi
di akhirat kelak.
Kenyataan yang sangat penting ini diceritakan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ
يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ
نَصِيبٍ
“Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu
baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami akan memberikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya bagian sedikit
pun di akhirat”. (Asy-Syura: 20).
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang, maka Kami segerakan baginya di
dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
(Al-Isra’: 18).
Sebenarnya Tuhan selalu mengabulkan
Doa setiap manusia, dengan melalui 3 (tiga)
cara, yaitu:
1.
Doa yang secara langsung dikabulkan:
Ini bisa langsung dinikmati oleh orang yang ber
Doa, diberikan Tuhan sesuai
dengan apa yang di
Doakan tersebut..
2.
Doa yang dikabulkan dengan cara digantikan:
Keinginan
Doa tersebut, diganti oleh Tuhan dengan suatu hal yang pasti lebih
baik. Misalnya, orang ber
Doa untuk memperoleh uang banyak, dan
Doanya diganti
oleh Tuhan dengan menyelamatkannya dari marabahaya yang mengancam jiwanya.
3.
Doa yang dikabulkan dengan cara digantungkan:
Inilah sebenarnya
Doa yang dikabulkan untuk sebagian besar umat manusia,
termasuk kita semua yang merasa sebagai manusia biasa.
Doa yang digantungkan,
artinya adalah, bahwa
Doa yang kita panjatkan kepada Tuhan tersebut “sudah
dikabulkan oleh Tuhan”, tetapi dalam kondisi “masih menggantung di atas”, yang
harus kita raih jika kita ingin segera mendapatkan hasil dari
Doa kita.
Istilah “digantungkan” ini, memberikan pemahaman bagi setiap orang, bahwa
diperlukan suatu upaya semaksimal mungkin dari diri kita masing-masing; untuk
meraih “yang digantungkan tersebut”. Jika kita tetap berusaha dengan gigih,
fokus, pantang menyerah dan selalu bersemangat positif, maka niscaya akhirnya
Doa kita pasti bisa kita dapatkan. Setinggi apapun Tuhan menggantungkan “
Doa
yang telah dikabulkan-Nya”, pasti kita dapat meraihnya, jika kita punya kemauan
dan keuletan dalam berusaha meraihnya.
Pemahaman tentang terkabulnya setiap
Doa kita, seperti uraian saya di atas
adalah sangat penting. Jika Anda sudah memahami, bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa
selalu mengabulkan
Doa yang kita panjatkan ke Dia, maka kita tidak akan mudah
menyalahkan Tuhan. Sebaiknya kita “introspeksi diri”, sejauh mana kita sudah
berusaha meraih
Doa-
Doa kita sendiri tersebut.
1.
Doa yang kita lakukan adalah untuk memperjelas posisi kita sebagai hamba dan
Allah sebagai Khaliq. Mengakui diri sebagai hamba akan menjadikan kita rendah
hati, tidak sombong dan selalu merasa bergantung kepada-Nya. Untuk mewujudkan
rasa rendah hati, maka tampillah sopan, khusyu’ dan merendahkan suara dan tidak
berteriak-teriak.
2.
Doa adalah sarana mengingat dan berdzikir kepada Allah. Allah menyuruh kita
ber
Doa agar kita ingat kepada-Nya. Dengan mengingat-Nya, hati kita akan tenang
dan ketenangan adalah kunci kebahagiaan. Untuk membantu suasana dzikir maka
pastikan kita dalam keadaan kondisi suci, menghadap kiblat, merenggangkan kedua
tangan dan mengangkatnya, bertobat dan mengakui segala dosa dan kesalahan yang
pernah kita lakukan, dan meminta dengan penuh keikhlasan.
3.
Doa adalah permohonan dan harapan.
Doa hakikatnya adalah permohonan kita
untuk mencapai target yang ingin kita raih. Saat kita ber
Doa agar disehatkan
badan, ditambah ilmu dan harta diberkahi, maka kita berharap semoga permohonan
kita diterima sesuai dengan yang diminta. Agar kita benar-benar serius meminta
maka sebagai
Doa tersebut diulang-ulang, karena Rasulullah saw sering mengulang
tiga kali
Doa yang dibacanya.
4.
Doa adalah motivasi. Pada saat kita ber
Doa, kita termotivasi untuk menjemput
apa yang kita minta. Karena tidak masuk akal suatu
Doa akan dikabulkan kalau si
pen
Doa hanya berpangku tangan dan ongkang-ongkang hati. Kalau kita memohon
kepada-Nya surga firdaus, maka usaha yang kita lakukan harus sesuai dengan
permintaan kita. Jadi setelah ber
Doa kita harus berusaha untuk mewujudkan apa
yang kita minta.